Minggu, 25 April 2010

kepadatan, kesesakan, personal space

Kereta merupakan salah satu alat transportasi yang sering di gunakan beberapa orang yang tinggal di pinggiran jakarta, mereka memanfaatkan kereta karena harganya murah atau juga karena efisiensi waktu tempuh yang lebih cepat dibandinkan dengan kendaraan lain. Berikut ini artikel mengenai keadaan kereta kita sekarang ini.

indosiar.com, Jakarta- Kereta api adalah alat transportasi cepat dan juga murah bagi sebagian warga yang tinggal di wilayah Jabotabek. Namun sayangnya, jumlah KRL yang ada tidak sebanding dengan kebutuhan warga masyarakat.
Kepadatan itu akhirnya menimbulkan kenekatan disebagian penumpang, yakni dengan duduk diatas atap KRL. Padahal risikonya sangat tinggi bagi keselamatan diri mereka sendiri. Pada KRL jalur Jakarta - Bogor misalnya, dalam satu minggu diperkirakan dua korban tersengat listrik atau jatuh.
Kepadatan kota Jakarta serta pesatnya pertumbuhan permukiman di luar kota Jakarta, menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas yang mengharuskan para pekerja berangkat lebih awal dan menempuh jarak tempuh berjam-jam, agar bisa sampai ketempat tujuan.
Angkutan Kereta Rel Listrik (KRL) akhirnya, menjadi salah satu alternatif angkutan bagi mereka yang tinggal di pinggiran Jakarta. Angkutan ini, akhirnya menjadi angkutan favorit karena cepat dan murah. Setiap harinya, ratusan ribu penumpang KRL memenuhi 60 stasiun di wilayah Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek).
Menurut Kepala Humas Daop Satu Jabotabek PT KAI, Zainal Abidin, diperkirakan 400 hingga 450 ribu penumpang Jabotabek yang dilayani sebanyak 228 KRL. Jalur yang banyak dilayani kereta rel listrik adalah Jakarta - Bogor sekitar pukul 6 hingga 8 pagi.
Karcis yang terjual sebanyak 26 ribu setiap hari dan hanya dilayani 9 kereta ekonomi, sehingga membuat setiap gerbongnya harus mengangkut penumpang 171 persen melebihi kapasitas. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kenekatan penumpang KRL, dengan menaiki atap kereta padahal resiko untuk kesetrum dan terjatuh sangat rentang, buat para penumpang yang menaiki atap kereta.
Bulan lalu, nyawa seorang pemuda warga Jalan Kemuning, Kelurahan Pancoran Mas Depok, harus hilang dengan sia-sia. Korban tersengat listrik tegangan tinggi, diatas KRL jurusan Bogor - Jakarta. Kejadian ini sebenarnya bukan yang pertama kali, namun peristiwa itu tidak membuat jera para penumpang untuk terus naik diatap kereta.
Sebagai penyelenggara tunggal, PT Kereta Api Indonesia setiap harinya harus menghadapi kenekatan pengguna jasa KRL, yang naik keatap kereta. Walaupun dengan ancaman kereta tidak akan diberangkatkan, mereka tetap menaiki kereta kembali setelah kereta akan beranjak jalan. Kenekatan para penumpang ini, harus dibayar sedikitnya 11 orang meninggal akibat tersengat listrik tahun 2002 lalu dan sebanyak 26 orang mengalami luka cukup berat 5 orang meninggal dunia serta 13 orang mengalami luka-luka akibat terbentur peron atau tiang listrik.
Berjubalnya penumpang kereta rel listrik, banyak disebabkan karena perkembangan infrastruktur kota yang banyak berpihak pada bis kota. Menyimpang dari masa tahun 1980-an, dimana kereta rel listik menjadi angkutan pertama disamping bis kota serta semakin meningkatnya pemukiman di pinggiran Jakarta.
Situasi ini akan menyebabkan kereta rel listrik ekonomi Jabotabek, akan terus dijejali penumpangnya. Atap kereta akan terus dipenuhi yang semakin sulit untuk ditertibkan dan nyawa yang hilang sia-sia akan terus berjatuhan.
Sikap berani adalah sikap yang patut dihargai, namun bukan berarti sikap itu lalu diwujudkan menjadi kenekatan yang tidak berdasar seperti naik diatas atap KRL. Nyawa hilang keluarga yang ditinggalkan pun terduka.(Idh)
Salah satu dari penumpang kereta api adalah mahasiswa, yang kuliah di sekitar depok mereka menggunakan transportasi kereta api, dan rata- rata rute yang ditempuh sebagian besar dari mereka, Jakarta – Bogor atau sebaliknya. Saat menggunakan kereta api tak jarang mereka harus berdesakan untuk dapat terangkut oleh kereta yang lewat, karena jika mereka tertinggal rangkaian tersebut mereka harus menunggu lama untuk kedatangan kereta berikutnya yang bisa saja, terjadi gangguan saat itu juga sehingga mereka harus kecewa karena sudah menunggu lama.

Dalam kepadatan itu tidak ada perduli sesama, semua orang egois untuk dirinya sendiri. Penumpangnya saja sudah padat, ditambah penjual yang sibuk menjajakkan jualannya dan tidak perduli dengan gerbong yang penuh sesak, belum lagi para pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para penumpang kereta.

Yang dimaksud dengan kepadatan adalah hasil dari jumlah objek terhadap luas daerah. Sedangkan penumpang bisa saja merasa ruang personalnya terganggu. Kesesakan bisa saja terjadi dalam keadaan seperti itu, mau tidak mau mereka berdesakan untuk dapat terangkut.
Dari beberapa masalah tersebut, kami ingin mengetahui apakah yang di maksud dengan kepadatan, kesesakan serta ruang personal.

KEPADATAN (DENSITY)

A. Pengertian
- Menurut Sundstorm: Sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
- Menurut Sarwono: Suatau keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan luas ruanagan.

B. Kategori Kepadatan
1. Menurut Altman (Dalam studi tahun 1920-an): Variasi indicator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku social:
• Jumlah individu dalam sebuah kota
• Jumlah Individu pada daerah sensus
• Jumlah individu pada unit tempat tinggal
• Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal
• Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar

2. Menurut Jain (1987) : Tingkat kepadatan penduduk dipengaruhi oleh unsur-unsur:
• Jumlah individu pada setiap ruang
• jumlah ruang pada setiap unit rumah tinggal
• Jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur human
• Jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman
 Teori Kepadatan Menurut Halohan
1. Kepadatan Spasial (Spatial Density)
Terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit, sedangkan jumlah individu tetap.
2. Kepadatan Sosial (Social Density)
Terjadi bila jumlah individu ditambaha tanpa diiringi penambahan luas ruang.

 Teori Kepadatan Menurut Altman
1. Kepadatan Dalam (Inside Density)
Jumlah individu dalam suatu ruangan atau tempat tinggal.
2. Kepadatan Luar (Outside Density)
Sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu.

C. Akibat Kepadatan Yang Tinggi
1. Menurut Taylor:
- Lingkungan sekitar merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal individu disuatu tempat tinggal.
- Rumah danLingkungan Pemukiman yaitu yang nyaman member kepuasaan psikis.

2. Menurut Schorr : Kualitas Pemukiman
• Mempengaruhi persepsi diri, stress, kesehatan fisik.
• Mempengaruhi perilaku dan sikap individu
3. Heimstra dan Mc. Farling, akibat kepadatan:
• Fisik
• Akibat Sosial
• Akibat Psikis

Selain kepadatan kesesakan mempengaruhi keadaan saat kereta penuh oleh penumpang yang berjubel untuk dapat naik kereta tersebut. Nah, apa yang mempengaruhi kesesakan itu terjadi? Kenapa mereka rela berdesak – desakan naik kereta?

KESESAKAN
Kesesakan adalah persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, bersifat psikis terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik.
1. Menurut Altman :
Kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada tingkatan interaksi manusia dalam suatu pasangan atau kelompok kecil.

2. Menurut Baum dan Paulus:
Kepadatan dapat dirasa sebagi kesesakan atau tidak, ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan :
a. Karakteristik setting fisik
b. Karakteristik setting social
c. Karakteristik personal
d. Kemampuan beradaptasi

3. Menurut Morris:
Kesesakan sebagai devisit suatu ruang.

4. Menurut Ancok:
Kesesakan timbul dari besar kecilnya ukuran rumah yaitu menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia.

5. Menurut Stokols:
a. Kesesakan bukan social (nonsosial crowding)
Faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding.
b. Kesesakan Social (social crowding)
Perasaan sesak mula-mula datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak.
c. Kesesakan Molar ( Molar crowding)
Perasaan sesak yaitu dapat dihubungkan dengan skala luas, populasi penduduk.
d. Kesesakan Molekuler (Moleculer crowding)
Perasaan sesak yaitu menganalisis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.

6. Menurut Rapoport:
Kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi. Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia. Dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.

A. Teori-Teori kesesakan
1. Teori Beban Stimulus
Kesesakan akan terjadi bila stimulus yang diterima individu terlalu banyak (melebihi kapasitas kognitifnya) sehingga timbul kegagalan dalam memproses stimulus atau info dari lingkungan.

Menurut Keating, Stimulus adalah Hadirnya banyak orangdan aspek-aspek interaksinya, kondisi lingkungan fisik yang menyebabkan kepadatan social.
Informasi yang berlebihan dapat terjadi karena:
a. Kondisi lingkungan fisik ytang tidak menyenangkan
b. Jarak antar individu ( dalam arti fisik) yang terlalu dekat.
c. Suatu percakapan yang tidak dikehendaki.
d. Terlalu banyak mitra interaksi.
e. Interaksi yang terjadi dirasa terlalu dalam atau terlalu lama.

2. Teori Ekologi
Membahas kesesakan dari sudut proses social.
a) Menurut Micklin:
Sifat-sifat umum model pada ekologi manusia :
1. Teori ekologi perilaku: Fokus pada hubungan timbale balik antara orang dengan lingkungan.
2. Unit analisisnya : Kelompok social, bukan individu dan organisasi social memegang peranan penting.
3. Menekankan pada distribusi dan pengunaan sumber-sumber material dan social.
b) Menurut Wicker,
Teori Manning: Kesesakan tidak dapat dipisahkan dari factor setting dimana hal itu terjadi.

3. Teori Kendala Prilaku
Kesesakan terjadi karena adanya kepadatan sedemikian rupa sehingga individu merasa terhambat untuk melakukan sesuatu.Kesesakan akan terjadi bila system regulasi privasi seseorang tidak berjalan secara efektif lebih banyak kontak social yang tidak diinginkan. Kesesakan timbul karena ada usaha-usaha yang terlalu banyak, yang butuh energy fisik maupun psikis, guna mengatur tingkat interaksi yang diinginkan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesakan
1. Faktor personal
a. Kontrol Pribadi dan Locus Of Control
Selligman,dkk: kepadatan meningkat bisa menghasilkan kesesakan bila individu sudah tidak punya control terhadap lingkungan sekitarnya.
Kontrol Pribadi dapat mengurangi kesesakan.
Locus Of Control internal: Kecenderungan individu untuk mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwa keadaan yang ada didalam dirinya lah yang berpengaruh kedalam kehidupannya.



b. Budaya, pengalaman dan proses adaptasi
Menurut Sundstrom: Pengalaman pribadi dalam kondisi padat mempengaruhi tingkat toleransi
Menurut Yusuf: Kepadatan meningkat menyebabkan timbulnya kreatifitas sebagai intervensi atau upaya menekankan perasaan sesak.

c. Jenis Kelamin dan usia
- Pria lebih reaktif terhadap kondisi sesak
- Perkembangan, gejala reaktif terhadap kesesakan timbul pada individu usia muda.

2. Faktor Sosial
a. Kehadiran dan perilaku oranglain
b. Formasi Koalisi
c. Kualitas hubungan
d. Informasi yang tersedia

3. Faktor Fisik
- Goves dan Hughes: Kesesakan didalam rumah berhubungan dengan factor-faktor fisik, jenis rumah, urutan lantai, ukuran, suasana sekitar.
- Altman dan Bell, dkk: Suara gaduh, panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, karakteristik setting mempengaruhi kesesakan.

C. Pengaruh Kesesakan Terhadap Perilaku
Lingkungan sesak => aktifitas seseorang terganggu => interaksi interpersonal yang tidak diinginkan => mengganggu individu mencapai tujuan => gangguan norma meningkat ketidaknyamanan => penarikan diri dan menurunnya kualitas hidup.




Pengaruh Negatif Kesesakan:
• Penurunan-Penurunan Psikologis: perasaan kurang nyaman, stress, cemas, suasana hati yang kurang baik, prestasi menurun, agresifitas meningkat, dan lain-lain.
• Malfungsi Fisiologis: Meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, penyakit-penyakit fisik.
• Hubungan Sosial Individu: Kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong royong, menarik diri, berkurangnya intensitas hubungan social, dll.


Asumsi Konsekuensi Negatif dari Kesesakan:
1. Model Beban Stimulus
2. Model Kendala Perilaku
3. Model Ekologi
Perilaku negative akibat sesak dan padat hanya terjadi pada situasi dimana pilihan-pilihan yang tersedia sedikit.
4. Model Atribusi
Akibat negative kepadatan dan kesesakan hanya terjadi pada tempat dan situasi tertentu.
5. Model Aurosal
Kepadatan dan kesesakan menyebabkan terstimulinya perangkat-perangkat fisiologis tekanann darah meningkat.

Selain kesesakan yang terjadi dalam gerbong kereta api hal yang dibutuhkan penumpang yaitu, ruang personal dimana mereka kurang merasakan adanya ruang personal dalam keadaan himpit- himpitan, apa ruang personal itu??

PERSONAL SPACE
Istilah personal space pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973 dan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karena istilah ini juga dipakai dalam bidang biologi, antropologi, dan arsitektur (Yusuf, 1991).

Selanjutnya dikatakan bahwa studi personal space merupakan tinjauan terhadap perilaku hewan dengan cara mengamati perilaku mereka berkelahi, terbang, dan jarak social antara yang satu dengan yang lain. Kajian ini kemudian ditransformasikan dengan cara membentuk pembatas serta dapat pula diumpamakan semacam gelembung yang mengelilingi individu dengan individu yang lain.

1. Pengertian Ruang Personal
A. Menurut Sommer
Ruang personal adalah daerah disekeliling seseorang dengan batas – batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya.

B. Goffman
menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah di sekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia akan merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang – kadang menarik diri.

Beberapa definisi ruang personal secara implicit berdasrkan hasil – hasil penelitian, antara lain :
a. Ruang personal adalah batas – batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain.
b. Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
c. Pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
d. Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stress, dan bahkan perkelahian.
e. Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak – jarak antar manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain ; berhadapan, saling membelakangi dan searah.



2. Zona Interaksi Sosial
Menurut Edward T. Hall, seorang antropolog, bahwa dalam interaksi social terdapat empat zona spasial yang meliputi : jarak intim, jarak personal, jarak social, dan jarak public.
A. Jarak Intim
• Jarak yang dekat/akrab atau keakraban dengan jarak 0 – 18 inci.
• Pada jarak 0 – 6 inci, kontak fisik merupakan hal yang penting.
• Jarak yang diperuntukkan pada “intimate lovers”
• Menyenangkan ketika berinteraksi dengan orang lain yang dicintai, tidcak menyenangkan dalam situasi yang lain.

B. Jarak Pribadi
• Karakteristik keregangan yang biasa dipakai individu satu sama lain.
• Jarak antara 1,5 – 4 kaki
• Fase dekat (1,5 – 2,5 kaki) dan fase jauh (2,5 – 4 kaki)
• Fase dekat : masih memungkinkan pertukaran sentuhan, bau, pandangan, dan isyarat – isyarat lainnya.
• Fase jauh : jarak dimana masing – masing orang dapat saling menyentuh dengan mengulurkan tangan. Komunikasi halus (fine grain communication) masih dapat diamati.
• Transisi antara kontak intim dengan tingkah laku umum yang agak formal.

C. Jarak Sosial
• Jarak 4 – 12 kaki
• Jarak yang memungkinkan terjadinya kontak social yang umum, seperti hubungan bisnis.
• Fase dekat (4 – 7 kaki)
• Fase jauh (7 – 12 kaki)

D. Zona Publik
• Jarak 12 – 25 kaki
• Isyarat – isyarat komunikasi sedikit
• Situasi formal atau pembicaraan umum / orang – orang yang berstatus lebih tinggi.
Dari beberapa penjelasan di atas mengenai keadaan kereta api yang tak kunjung sepi maupun membuat kita nyaman dalam menggunakannya. Mau tidak mau kita gunakan sehari- hari untuk memulai aktifitas ke tempat yang menjadi tujuan kita, walaupun harus berdesakan untuk dapat terangkut oleh kereta tersebut.

tim penulis 3pa04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar